Rebranding Koperasi di Era Milenial


Sebelum kita membahas pembrandingan koperasi di era milinial sebaiknya kita akan membahas dasar apa itu koperasi, sejarah koperasi dan apa peran peran pemerintah yang dilakukan untuk kemajuan koperasi di negeri ini.

Pengertian Koperasi

Sebenarnya, apa itu koperasi? Pengertian Koperasi adalah suatu badan usaha (organisasi ekonomi) yang dimiliki dan dioperasikan oleh para anggotanya untuk memenuhi kepentingan bersama di bidang ekonomi. Ada juga yang mengatakan pengertian koperasi adalah suatu badan hukum yang dibentuk atas asas kekeluargaan dimana tujuannya adalah untuk mensejahterakan para anggotanya.
Dalam hal ini, koperasi dibentuk dimana kegiatannya berdasarkan prinsip gerakan ekonomi kerakyatan. Koperasi dapat didirikan secara perorangan atau badan hukum koperasi. Badan usaha ini mengumpulkan dana dari para anggotanya sebagai modal dalam menjalankan usaha sesuai aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi. Secara etimologi istilah “Koperasi” berasal dari kata “co-operation” yang artinya kerjasama. Jadi, setiap anggota memiliki tugas dan tanggungjawab dalam operasional koperasi serta memiliki hak suara yang sama dalam pengambilan keputusan.
Di negeri ini, koperasi didirikan dengan tujuan yang mulia: kemerdekaan ekonomi. Mohammad Hatta, dalam buku otobiografinya: Bukittingi-Rotterdam lewat Betawi, bercerita bahwa dia dengan Samsi -kawannya yang juga ahli perkoperasian pada pertengahan tahun 1925 pergi ke tiga Negara Skandinavia: Denmark, Swedia, dan Norwegia untuk belajar tentang praktik masing-masing koperasi pertanian, koperasi konsumsi, dan koperasi perikanan (Hatta, 2011). Menurut Hatta, ekonomi rakyat Indonesia harus bersendi pada koperasi, yakni rakyat belajar berdiri sendiri, berdasarkan self-help dan oto-aktivita (Hatta, 2011).
Hampir seabad yang lalu sejak didirikan nya koperasi, upaya pemerintah untuk merawat eksistensi koperasi sebagai tiang perekonomian di Indonesia patut diapresiasi. Presiden Joko Widodo dalam pidatonya pada Hari Koperasi Nasional Tahun 2018 ke-81, 12 Juli 2018 lalu, kembali meniupkan semangat bagi para kader koperasi untuk mempelajari sistem koperasi-koperasi modern bertaraf multinasional yang memiliki omzet ratusan triliun per tahun. Bahkan, dengan pembelajaran tersebut, Presiden Joko Widodo mengharapkan akan ada koperasi di Indonesia yang bertengger pada peringkat 100 koperasi terbesar di dunia  (Humas, 2018).
Berbisnis di era digital memang luar biasa, apalagi jika target marketnya generasi milenial yang lahir di antara tahun 1980-2000. Tapi apa mau dikata, survey yang dilakukan Mc Kenzie plus didukung data BPS menunjukkan, mayoritas penduduk Indonesia adalah generasi milenial. Belum lagi ditambah "adiknya" generasi Z. Di tahun 2030, Indonesia akan menghadapi bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) melebihi usia lansia dan anak.
Pertanyannya, bagaimana dengan keberlangsungan koperai di masa depan? Akankah terus bertumbuh atau terdisrupsi?

Koperasi di Era Milineal

Hasil sensus ekonomi 2016 menunjukkan bahwa terdapat 49.631 koperasi simpan pinjam, berjumlah 12.312 koperasi perdagangan dan persewaan (grosir/retail), 2126 pada penyediaan akomodasi dan makainn minum, dan 2098 koperasi pengolahan. Sub sektor lain, jumlahnya sangat sedikit. Dari data tersebut, kita dapat mengambil asumsi, bahwa pasar koperasi adalah yang membutuhkan jasa keuangan. Diikuti pembeli kebutuhan pokok, dan berikutnya adalah pelaku usaha. 
Di sisi bisnis keuangan, saat ini terjadi perubahan konstruktif. Kurang dari 5 tahun tumbuh dengan pesat layanan keuangan berbasis digital (fintech). Dampaknya cukup signifikan, pasar keuangan semakin beragam. Generasi milenial mulai melirik layanan non tunai. Tanpa rekening pun bisa transfer via telpon, atau belanja digital dan pesan hotel cukup bayar di minimarket terdekat. Mudah, dan murah, tidak pakai ngantri, tidak pakai lama. Bukan hanya di kota, tapi juga di desa. 
Saat mencoba meneropong keberadaan koperasi di masa depan, bisa jadi akan ada perubahan drastis. Perkembangan teknologi ICT  akan lebih pesat. Penggunaan dana non tunai, tidak hanya di perkotaan, mungkin juga merambah sampai ke desa. Semua serba digital, bahkan belanja di warung pun mungkin cukup pakai aplikasi.
Industri tumbuh, desa semakin maju, pendapatan meningkat. Koperasi pun harus dikelola modern. Bukan bangunannya yang modern, tetapi manajemennya. Semua serba transparant, akuntabel, tercatat, cukup dengan satu aplikasi. Semua ada di telpon pintar. Saat ini saja telpon pintar tidak hanya dimiliki warga kota warga desa pun kini kebanyakan sudah melek teknologi dengan mempunyai telpon pintar sendiri sendiri dimulai dari peternak sampai petani.
Lalu, siapa konsumen koperasi di masa depan? Jika saat ini konsumen koperasi adalah karyawan, peternak, petani, anggota komunitas, dan sebagian pelaku usaha, maka bisa jadi ke depan, koperasi akan didirikan oleh dan untuk pelaku usaha. Dengan jumlah wirausaha yang semakin meningkat, dimana rasio wirausaha di tahun 2014 1,67%. Sedangkan di tahun 2017
3,1 % dari populasi.
Dengan terus meningkatnya jumlah wirausaha, koperasi dapat menjadi pilihan badan usaha dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Secara konsep, koperasi adalah badan usaha yang tepat untuk pengusaha di era milenial. Seperti yang sekarang terus didorong oleh gerakan koperasi dunia.
Kementerian PPN/Bappenas pun memproyeksikan kelompok usia produktif (15-34 tahun) pada tahun 2019 bakal mencapai 67 persen dari total populasi, sementara puncak bonus demografi pertama akan terjadi pada tahun 2034 (Afandi, 2017).
Melihat masifnya potensi pangsa pasar pada generasi millenial, maka inovasi apa dan bagaimana strateginya, yang dinilai efektif untuk merangkul segmen pasar tersebut?

Rebranding Koperasi

Salah satu upaya yang dinilai efektif untuk kembali meningkatkan pamor koperasi di kalangan generasi millenial adalah melalui rebranding koperasi. Pada dasarnya rebranding tetap harus dilakukan dengan selektif. Sebab jika tidak, justru rebranding akan menghasilkan ketidakstabilan dalam suatu korporasi. Meski demikian, sebetulnya sudah banyak brand besar yang sukses karena rebranding, misalnya Puma, Apple, dan Gucci.
Kunci kesuksesan strategi rebranding tersebut bukannya dimulai dengan kampanye yang menghabiskan biaya jutaan dolar, perubahan yang radikal pada nama, logo, atau elemen brand image lainnya yang malah membuat kebingungan dalam benak kostumer, melainkan mulai dari memperbaiki masalah-masalah internal (bisnis). Apabila ditarik dari sudut pandang lokal, sebetulnya sudah banyak yang tengah berupaya memajukan koperasi melalui cara rebranding untuk membidik segmen generasi millenial. Seperti digitalisasi di sistem koperasi dan perubahan struktur koperasi itu sendiri.
Di jasa pembiayaan, ada fintech yang sudah sangat siap. Di bisnis retail, serbuan minimarket berjaringan terus menggurita. Kepemilikan koperasi dapat menjadi penawaran. Sehingga yang perlu ditekankan adalah bagaimana anggota dapat loyal pada koperasi. Untuk anggota lama, tidak sulit mengikat loyalitas anggota. Tapi untuk menjaring anggota baru terlebih generasi Y dan Z, hitungannya harus jelas. "Apa untungnya buat saya?" Pertanyaan yang selalu muncul saat mengajak generasi milenial menjadi anggota. Maka dari itu koperasi perlu menerapkan standar pelayanan dan produk yang tinggi, serta bersaing untuk mendatangkan kepuasan anggota, sehingga generasi milineal tetap tertarik menjadi anggota koperasi. Sebaliknya, peluangnya adalah tingginya loyalitas anggota karena telah merasakan ”customer experience” bergabung menjadi anggota koperasi.
Beberapa strategi untuk meningkatkan “costumer experience”, misalnya dengan membangun sistem yang menghubungkan koperasi dengan transaksi di toko toko anggota koperasi, bahkan di sistem tersebut bisa disisipkan sistem pembayaran uang elektronik yang sedang naik daun ini.
Melakukan re-branding koperasi tidak semudah membalik telapak tangan, tetapi dengan bisnis model dan rencana bisnis yang matang, bukan tidak mustahil koperasi bisa jaya kembali. Jika ingin menarik anggota milenial, model bisnis koperasi pun perlu dibuat kekinian. Komunikasi dan layanan cukup menggunakan aplikasi, mau mengadu bisa lewat Twitter atau fasilitas chat. Admin yang rajin menyapa para anggota. Plus berbagai pelatihan lewat grup untuk membuat anggota semakin cerdas.
Memang membutuhkan investasi yang tidak murah. Tapi jika yang mengadakan adalah koperasi, ditanggung bersama, semua menjadi terjangkau. Sebuah upaya untuk mencapai mimpi menjaring anggota ribuan dan dapat menjadi koperasi pemasaran yang mendunia. Mimpi yang harus mulai dirancang oleh koperasi, untuk menjadi besar, profesional dan go global.

Comments

  1. terimakasih informasinya ya :)


    ada Tips menggunakan KJP nih, boleh di cek deh supaya kita jadi lebih cermat dalam menggunakan jkp, selamat mencoba ya :)

    ReplyDelete

Post a Comment